Budaya Kerja Tahun Kalak Karo

Kevin Ginting
3 min readJul 2, 2021

--

Budaya berasal dari Bahasa sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi, diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia. Bentuk lain dari kata budaya adalah kultur yang berasal dari bahasa inggris yaitu culture dan bahasa latin cultura. (Wikipedia)

Itu pengertian budaya secara formal. Sehari-hari kita memahami budaya itu sebagai benda seperti pakaian adat, rumah adat, dan benda fisik lainnya. Padahal budaya bisa lebih dari itu.

Budaya bisa berupa cara hidup atau pola hidup yang sudah menjadi kebiasaan dengan seiring berjalannya waktu. Tidak heran suatu budaya akan menggeser budaya sebelumnya jika waktunya telah tiba.

Di daerahku, tepatnya Tanah Karo, Sumatera Utara, juga memiliki beragam budaya. Mulai dari rumah adat, pakaian, dsb. Begitu pula budaya hidup kami yang membuat orang merasa nyaman jika datang ke sini.

Sedari kecil hingga sekarang saya sering pulang kampung ke rumah Bulang (Kakek) untuk merayakan suatu pesta tahunan untuk merayakan hasil panen yang sering disebut kerja tahun .

Kerja tahun ini dilaksanakan sekali dalam setahun dimana tanggal pelaksanaannya itu beda-beda di setiap desa. Untuk desa kakek saya biasanya dilaksanakan setiap bulan Juli. Kerja tahun biasanya dibagi menjadi 2 hari, yakni hari pertama yang disebut motong dan hari kedua yang disebut matana.

Di hari pertama biasanya setiap keluarga di desa mulai memasak berbagai makanan khas Karo seperti lomok-lomok, tasak telu, trites, dan lain-lain. Biasanya setiap rumah tangga selesai memasak pada sore hari. Pada malam harinya, mereka akan pergi ke losd (Balai desa) untuk menonton gendang guro-guro aron (semacam pesta). Di losd mereka akan duduk diatas tikar kemudian menonton pertunjukan seperti adu perkolong-kolong, nyanyi, landek, dan sebagainya. Pesta gendang ini dilakukan sampai subuh lho, keren bukan?

Setelah hari pertama, maka matana akan tiba. Di hari kedua ini, setiap keluarga mengundang sanak saudara mereka yang berada jauh di luar kampung untuk makan di rumah mereka pada hari itu. tak hanya saudara, terkadang tetangga juga mereka undang. Hal ini dilakukan agar tali persaudaraan dari nenek moyang tetap terjada dan tahu turin-turinnya (ceritanya).

Begitulah sekilas budaya kerja tahun yang setiap tahun aku ikuti di desa bulangku. Keren bukan?

Nah, budaya ini bisa kita lihat dari perspektif 3T, mari kita simak.

  1. Tatanan

Budaya kerja tahun ini sudah mengakar sejak dahulu hingga sekarang sehingga menjadi tatanan hidup masyarakat Karo. Budaya ini juga merupakan kebiasaan yang dilakukan nenek moyang zaman dahulu untuk merayakan hasil panen.

2. Tuntunan

Budaya ini menuntun setiap masyarakat karo agar tetap ingat dengan sesama kita begitu juga orang lain agar tidak saling lupa satu sama lain. Oleh karena itulah di hari kedua kerja tahun setiap keluatga mebuka rumahhnya ke keluarga ataupun tetangga untuk makan bersama.

3. Tontonan

Secara tidak langsung, budaya ini mengandung hiburan yang bisa ditonton saat gendang guto-guro aron pada hari motong. Melalui ini pancaindera kita bisa merasa, mendengar, melihat budaya ini.

Dari budaya ini saya belajar bahwa sesuatu yang sifatnya konservatif belum tentu tidak bisa diterapkan di zaman yang serba maju ini. Hal konservatif ini membawa nilai positif pada kita agar tetap bersyukur dengan hidup kita dan bersyukur memiliki orang yang mengingat kita.

#Mengbudaya #KATITB2021

Kevin Agriva Ginting

16320159

Kelompok 6

--

--

Kevin Ginting
Kevin Ginting

Written by Kevin Ginting

0 Followers

No Idea, Chaos, And Anette

No responses yet