Budaya, Antara Lestari dan Gerus

Kevin Ginting
6 min readSep 22, 2020

--

Tari Piso Surit, salah satu tarian adat Suku Karo, Sumatera Utara (source IndonesiaKaya.com)

Budaya berasal dari Bahasa sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi, diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia. Bentuk lain dari kata budaya adalah kultur yang berasal dari bahasa inggris yaitu culture dan bahasa latin cultura. (Wikipedia)

Nah, itu lah pengertian budaya secara etimologis. Kalau bicara tentang budaya, kita pasti selalu ingat dengan Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa. Dari suku bangsa tersebut pasti yang terlintas adalah pakaian adat, rumah adat, tarian adat, dan sebagainya yang berkaitan dengan adat. Tau ga sih? Kalau itu semua berasal dari cara hidup yang berkaitan dengan akal manusia yang hidup sebelum kita lahir. Pasti tau lah ya. Nenek moyang kita memiliki tata cara hidup sehingga tata cara tersebut diwariskan turun-temurun ke cucu-cucunya yaitu kita.

Gaya hidup modern source EGINDO.co

Namun, pada saat ini tatanan hidup tersebut kian berubah. Bagaimana tidak, era globalisasi telah berlangsung. Banyak pengaruh budaya-budaya luar yang sudah menjajal berbagai pemuda-pemudi di tanah Ibu Pertiwi ini. Memang tidak bisa disalahkan juga pengaruh tersebut karena kita sebagai manusia harus update dan upgrade diri. Melalui pengaruh tersebut, pola pikir kita akan berkembang. dan tidak mudah diperalat bangsa lain karena Sebagian dari kita sudah bisa menyikapi mana yang baik dan buruk. Ingat, Sebagian ya hehehe.

Nah, jadi akar dari permasalahannya itu adalah Sebagian dari kita. Sebagian tersebut bisa saja sangat sedikit. Jika yang mengerti dampak buruk era globalisasi hanya sedikit dari yang tidak mengerti, maka bisa saja budaya nenek moyang yang sudah ada sejak dulu hilang termakan Zaman. Banyak hal yang sudah lekang oleh waktu. Misalnya seperti budaya nongkrong dan bermain. Memang budaya ini belum bisa dibilang hilang sepenuhnya. Akan tetapi, banyak anak muda yang lebih asik dengan gadget di kamar. Mereka merasa aman dan tenang di kamar dan merasa dunia di genggaman mereka. Ketika berkumpul pun, hanya sedikit cakap-cakap yang dilakukan selebihnya hanya melototin gadget melihat hal-hal menarik yang sedang terjadi di luar sana. Namun, bukan berarti gabisa kaya gitu ya guys hehehe.

Sama seperti kasus diatas namun terjadi pada anak-anak. Dulu waktu aku masih anak-anak, selain belajar supaya masuk ITB eakk, aku sering bermain dengan teman-teman di kampung. Banyak permainan yang kami mainkan. Permainan tersebut seperti pecah piring, alit sembunyi, sumber, dan goreng-goreng bola. Batalion permainan pakai bola kasti yang dilempar ke pecahan bata yang telah disusun kemudian lari jika kena, pasti didaerah kalian ada kan? Tapi nama beda. Sumber itu lari kejar-kejaran. Kalau goreng-goreng bola itu kita main sepak bola kaya biasa tapi semuanya musuhan dan kiper hanya satu. Ibaratnya ini kaya main PUBG tapi pakai bola wkwkwk. Namun, itu semua hanya terjadi di masa lalu. Sedangkan, pada saat ini anak-anak didaerahku tidak lagi bermain permainan seperti itu. Ya, apalagi kalau bukan EmEl, Pabji, dan sebagainya. Ga bisa disalahkan, itulah zaman.

souce: permainan tradisional — blogger

Jadi masih banyak budaya-budaya kita yang kedepannya mungkin akan tergerus. Namun, tidak jika kita bisa menyikapi perubahan yang ada. Mau tidak mau tidak ini mau hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi kita

Ditinjau dari Aspek VUCA

  1. Volatility
source: youtube

Pengaruh budaya dari luar bisa sangat cepat menyebar di Indonesia karena saat ini masyarakat bisa langsung mendapat informasi tentang apa yang sedang tren di luar negeri. Bisa saja beberapa tahun lagi aka nada gelombang budaya besaar-besaran yang masuk ke Indonesia. Misalnya sekarang ada sumber yang menyebutkan sedang terjadi Korean Wave dimana budaya Korea sedang mendunia bahkan budaya mereka banyak digandrungi oleh pemuda-pemudi Tanah Air. Contohnya seperti drama, musik, penampilan, dan lain sebagainya.

2. Uncertainty

Souece: Think Immigration

Perubahan budaya sangat susah tertebak keadaannya. Mengapa?? Karena dari hari ke hari banyak tren-tren baru bermunculan. Misalnya dulu era 90-an hingga 2000-an sangat tren budaya Jepang dan China di Indonesia. Bahkan saat aku pangkas di tukang pangkas, “Bang, pangkas cina sekali.”

Itu dari segi penampilan. Dari segi musik, juga ada yang popular di Indonesia. Misalnya dulu orang tua sangat menggandrungi musik cina. Di daerahku juga sering terdengar musik “Ni wen wo ai, ni wu jipen” begitulah kurang lebih sependengaranku. Dari perfilman juga ada. Kalian pasti pernahkan? nonton film Bruce Lee, Jackie Chan, dan kawan-kawan. Oh ya satu lagi, Bollywood sangat tren pada waktu itu. Nah, sekarang taulah apa yang sangat tren. Ya, K-Pop. Memang tidak terpungkiri lagu-lagu pop dari Korea sangat menarik. Jadi, wajar saja banyak penggemarnya.

Jadi Budaya merupakan hal yang tidak pasti dan kedepannya menjadi tantangan bagi kita.

3. Complexity

Namun, perubahan budaya ini tidak serta-merta baik untuk kita dan bangsa kita. Perubahan budaya bisa saja membuat budaya yang kita anut selama ini terlupakan. Karena, penyebaran budaya ini sangat cepat menyebar. Misalnya, waktu aku muter musik Korea di rumah. Adik dan ibu yang mendengarkan musik itu juga menjadi suka, padahal sebelumnya mereka sangat hobi mendengar lagu-lagu Karo hehe.

“Sarangeul haetta uriga manna, jiuji mothal chueogi dwaetda” ini semua orang pasti familiar dengan lirik ini. Waktu itu di kelas, seorang teman memutar lagu ini, dan… seisi kelas ikut menyanyikan lagu ini.

Bisa saja seorang supir angkot memutar lagu India, para penumpang yang berada di angkot menjadi tertarik mendengarnya

4. Ambiguity

Perubahan budaya ini bagi Sebagian orang tidaklah baik. Makanya masing-masing orang memiliki interpretasi berbeda terhadapnya. Misalnya, saat ini para perempuan sedang tren menggunakan busana model crop top. Mungkin bagi perempuan menggunakan busana seperti ini memiliki beberapa manfaat seperti tidak merasakan gerah dan panas waktu beraktivitas. Namun, bagi beberapa kalangan menganggap hal ini terlalu vulgar dan tidak sesuai dengan norma yang berlaku karena busana ini terbuka. Setelah itu Sebagian kalangan lagi mengatakan pemikiran semcam itu kolot dan ketinggalan zaman. Oleh karena itu timbul ambiguitas di kalangan masyarakat karena perubahan budaya.

busana crop top (source: Missguided EU)

Cara Menghadapi Perubahan Budaya

Budaya merupakan warisan dari leluhur yang menjadi jati dari bangsa. Sudah sebaiknya kita melestarikan dan menjaga budaya kita agar tidak lekang oleh zaman. Banyak hal yang dapat kita lakukan agar budaya kita terlestarikan sehingga Ibu Pertiwi bangga melihat kita.

Kita bisa mengatasi perubahan budaya tersebut dengan menyaring budaya yang masuk. Disini kita harus cermat memilah-milah mana yang cocok dengan budaya asli kita dan mana yang tidak.

Tidak hanya menyaring, seharusnya kita para pemuda mampu menyebarkan budaya kita ke negeri lain. Bagaimanakah caranya? Simpel sebenarnya. Jangan malu dengan budaya kita malulah jika tidak tahu apa-apa tentang budaya kita. Gunakanlah budaya kita dalam kehidupan sehari-hari agar jika kemanapun kita pergi, budaya tersebut akan tertanam di dalam diri kita masing-masing.

Pertunjukan Teater Indonesia yang tampil di luar negeri (source: MLDSPOT)

Budaya luar memang bagus, jadi ambillah yang bagus-bagusnya saja. Budaya kita juga ada yang bagus dan ada yang buruknya. Tonjolkanlah yang bagus dan simpan saja yang buruk jangan buang yang buruk.

Sekian Opiniku, aku ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya.

--

--

Kevin Ginting
Kevin Ginting

Written by Kevin Ginting

0 Followers

No Idea, Chaos, And Anette

No responses yet